Senin, 21 Agustus 2023

EKM OMK se-Paroki Kalirejo : Orang Muda Bangkit Dari Kemalasan dan Menjadi Cahaya Untuk Menerangi Dunia


Ekaristi Kaum Muda (EKM) yang dilaksanakan di Stasi Santo Martinus Tias Bangun pada 19 - 20 Agustus 2023 sedikit berbeda dari biasanya. Hadir dalam EKM kali ini RD. Gregorius Suripto sebagai Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Tanjungkarang dan tiga wakil peserta Indonesian Youth Day (IYD 2023) yaitu Clara Mutiara Cleista (UP Sukoharjo, Aloysius Tiardo (Paroki Pringsewu, dan Cicilia Novela (Paroki Kalirejo).

Mengangkat tema yang senada dengan tema IYD 2023 "Orang Muda Bangkit Dari Kemalasan dan Bercahaya Untuk Menerangi Dunia". Dengan tema yang diusung dalam EKM kali ini diharapkan peserta bisa mengambil pengalaman dari sharing oleh ketiga peserta IYD dan mampu bangkit dan menjadi terang baik dalam lingkungan gereja maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Ketiga wakil peserta IYD 2023 berbagi pengalaman mereka saat mengikuti kegiatan IYD 2023 di Palembang yang telah dilaksanakan pada 26 - 30 Juni 2023. Mereka berbagi pengalaman tentang kegiatan pra IYD yaitu Kirab Salib IYD yang dilaksanakan empat kali masing-masing di Paroki Marga Agung, UP Sukoharjo, Paroki Sribhawono dan di Paroki Murnijaya. Dalam kegiatan pra IYD para wakil peserta dibekali untuk persiapan kegiatan IYD 2023.



Dalam kegiatan IYD 2023 mereka menerima materi yang dibagi dalam tiga kelas yaitu katekese orang muda belajar Evangelisasi, orang muda belajar lingkungan hidup, dan orang muda belajar hidup berkeluarga. Selain itu peserta IYD juga melakukan outing ke berbagai tempat untuk belajar bahwa OMK sebaiknya tidak hanya aktif di dalam gereja saja, namun bisa mengerti dan memahami bahwa orang muda hidup dalam lingkungan yang majemuk sehingga harus mampu menjadi terang bagi sesama di dalam kehidupan bermasyarakat.

RD. Gregorius Suripto selaku Ketua Komkep keuskupan Tanjungkarang dalam sharingnya berpesan hal senada, OMK jangan hanya diam duduk malas namun harus aktif berperan baik di dalam maupun di luar gereja menjadi terang bagi sesama. OMK juga harus kreatif membuat ide-ide kegiatan yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan mampu memupuk persaudaraan antar OMK dalam lingkup yang lebih luas.


Kegiatan malam itu ditutup dengan doa malam oleh Fr. Fransiskus Satria dan dilanjutkan dengan menyalakan api unggun yang melambangkan semangat menyala Orang Muda Katolik yang mampu bercahaya dan menerangi dunia. 



Hari kedua, Minggu 20 Agustus 2023 dibuka dengan doa pagi dan dilanjutkan dengan lomba-lomba memeriahkan bulan kemerdekaan. Tidak hanya permainan untuk menang, namun dengan lomba yang diadakan diharapkan mampu memperkuat kerjasama dan juga mampu mempererat persaudaraan dalam iman antar sesama Orang Muda Katolik se-Paroki Kalirejo.






Kegiatan Ekaristi Kaum Muda ditutup dengan perayaan Ekaristi. Dalam homilinya RD. Stepanus Widianto berpesan agar OMK mampu memahami skala prioritas sebagai Orang Muda Katolik yang notabene adalah generasi penerus gereja saat ini dan masa depan. Dengan demikian orang muda memahami peran apa yang harus diambil untuk hidup menggereja dan bermasyarakat. Harapannya semoga ke depan OMK mampu berkarya lebih aktif dan mampu menjadi cahaya terang bagi sesama.

Share:

Sabtu, 13 Mei 2023

EKM OMK se-Paroki Kalirejo : Bangkit Bersama Kristus, Imam Agung, Saudara dan Pengantara Kita


Minggu, 7 Mei 2023, Paroki Santo Petrus Kalirejo mengadakan acara Ekaristi Kaum Muda (EKM) OMK se Paroki Santo Petrus Kalirejo dalam rangka perayaan Paskah Bersama dan pelantikan pengurus OMK baru. Acara ini diikuti oleh sekitar 230 peserta dari 19 stasi yang ada di paroki Kalirejo. Acara ini dimulai dengan membuka registrasi pada pukul 08.00 WIB dan ditutup dengan perayaan Ekaristi sekaligus pelantikan pengurus OMK Paroki yang baru.

Acara EKM ini merupakan kegiatan yang menjadi program kerja pengurus OMK Paroki, yang akan dilaksanakan tiap Minggu kelima dan bertujuan untuk mempererat hubungan OMK se-Paroki yang terdiri dari gabungan 19 stasi. Dalam kegiatan EKM tersebut juga diberikan materi tentang devosi dan pengenalan OMK kepada peserta. Dengan kegiatan semacam ini diharapkan pula mampu membangkitkan semangat Orang Muda Katolik untuk mau berperan dalam kehidupan menggereja baik di lingkungan, stasi, paroki dan tentu saja di dalam masyarakat. 

Sebagai bagian dari persiapan acara, pengurus OMK paroki baru telah melakukan persiapan yang matang. Mereka telah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk acara ini, mulai dari tempat, makanan, hingga materi-materi yang akan disampaikan kepada peserta. Acara ini juga didukung oleh semua stasi yang ada di paroki, dengan mengirimkan perwakilan mereka untuk hadir dan mengikuti acara EKM ini.

Acara dimulai sejak pagi dengan membuka registrasi bagi peserta yang datang mewakili stasi-stasi, lalu dibuka dengan doa bersama sebagai pembuka  seluruh rangkaian kegiatan. Usai pembukaan Pengurus OMK Paroki yang baru memperkenalkan diri masing-masing di depan para peserta. Dengan saling mengenal diharapkan mampu mempermudah komunikasi antara pengurus OMK Stasi dan Pengurus OMK Paroki. Dengan demikian diharapkan ke depan akan ada hubungan timbal balik yang saling mendukung dalam tugas mereka melayani.

Kemudian, Diakon Pius memulai materi pertama tentang devosi Katolik. Materi ini memberi pemahaman tentang berbagai doa-doa devosi seperti Doa Rosario, Doa Novena, dan lain sebagainya. Peserta diajak untuk memahami arti dan pentingnya doa-doa ini dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat Katolik. Diakon Pius juga memberikan beberapa tips tentang bagaimana cara melaksanakan doa-doa devosi dengan baik dan benar.

Usai istirahat siang kegiatan dilanjutkan dengan materi sesi kedua yang disampaikan oleh mas Deo dan mas Tomo. Dalam materi ini peserta dikenalkan dengan siapa itu OMK dengan metode sharing dan tanya jawab. Dengan materi ini diharapkan OMK terutama OMK yang baru tergabung dalam komunitas ini berani berbicara, mampu memahami siapa dirinya, bagaimana peran mereka di lingkungan, stasi, maupun paroki, dan bagaimana mereka harus hidup dalam pelayanan menggereja dan masyarakat. 


Melalui kegiatan ini diharapkan Pengurus OMK Paroki yang baru juga memahami kondisi OMK di stasi-stasi dengan segala permasalahannya. Bagaimana peran Pengurus OMK Paroki untuk membangkitkan semangat OMK di stasi, membantu memberikan solusi bagi OMK stasi yang tidak aktif dan permasalahan lainnya. Dengan demikian ada hubungan yang baik dan saling mendukung di dalamnya.


Puncak dari kegiatan EKM tersebut adalah perayaan Ekaristi bersama umat sekaligus pelantikan pengurus OMK Paroki baru oleh RD. Andreas Basuki selaku Pastor Paroki Kalirejo, hal ini menandai awal perutusan mereka sebagai pelayan yang melayani Orang Muda Katolik se-Paroki Kalirejo. 

Selamat bertugas teman-teman Pengurus OMK Paroki Santo Petrus Kalirejo, tetap semangat dalam pelayanan!


Share:

Senin, 13 Maret 2023

NGOMPOR #1 : Membentuk Pribadi yang Sehat Fisik dan Mental melalui Olahraga

Hari ini, Minggu, 12 Maret 2023, Orang Muda Katolik Paroki Santo Petrus Kalirejo mengadakan kegiatan olahraga melalui acara NGOMPOR (Ngumpul Orang Muda Pecinta Olahraga) di GOR Suka Negara. Kegiatan ini diikuti oleh sebagian Orang Muda Katolik Paroki Kalirejo yang bersemangat untuk berolahraga dan menjalin kebersamaan dengan sesama orang muda dari berbagai stasi.

Acara NGOMPOR #1 kali ini mengusung dua cabang olahraga yaitu futsal dan badminton. Seluruh peserta dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok futsal dan kelompok badminton. Selama kegiatan berlangsung, suasana cukup meriah dengan terdengarnya sorak sorai dan tawa riang dari peserta yang sedang berolahraga maupun penonton.

Cabang olahraga futsal menjadi pilihan utama bagi beberapa peserta karena olahraga ini membutuhkan kerjasama tim dan kelincahan individu. Tim futsal yang terdiri dari lima orang ditantang untuk bermain dalam pertandingan yang penuh semangat. Tidak hanya itu, para peserta juga saling memberikan dukungan dan semangat untuk tim yang sedang bertanding.

Selain itu, cabang olahraga badminton juga menjadi pilihan bagi peserta yang menyukai olahraga dengan intensitas yang lebih rendah. Dalam kegiatan ini, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari dua orang dan bertanding secara bergantian. Meskipun badminton terlihat lebih santai dibandingkan futsal, namun para peserta tetap menunjukkan semangat dan kompetitifitas yang tinggi dalam pertandingan.

Selama kegiatan berlangsung, para peserta tidak hanya berolahraga namun juga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Sebagai sebuah organisasi muda yang aktif, kegiatan seperti ini cukup membantu menjaga keakraban dan kebersamaan antar sesama orang muda.

Tidak hanya itu, olahraga juga memiliki manfaat kesehatan yang penting terutama bagi Orang Muda Katolik Paroki Kalirejo, baik kesehatan fisik maupun mental, serta melatih jiwa sportivitas bagi para peserta. Berolahraga secara teratur dapat membantu meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani, dan juga kesehatan mental, serta dapat meningkatkan produktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu dengan kegiatan positif semacam ini, diharapkan juga mampu memunculkan bakat-bakat baru dalam bidang olahraga. Dengan demikian diharapkan OMK tidak hanya jago kandang tapi mampu mewujudkan prestasi dalam kompetisi di luar lingkup Orang Muda Katolik dalam berbagai turnamen. Untuk itu kegiatan semacam ini harus dilaksanakan dengan konsep yang baik.

Dengan demikian, kegiatan NGOMPOR melalui cabang olahraga futsal dan badminton ini tidak hanya mempererat kebersamaan antar anggota Orang Muda Katolik Paroki Kalirejo, namun juga mempromosikan gaya hidup sehat dan aktif di kalangan Orang Muda. Meskipun masih banyak kekurangan dalam kegiatan NGOMPOR #1 ini, namun kegiatan semacam ini harus terus dilakukan dengan konsep yang lebih menarik, sehingga kegiatan bisa berjalan lebih baik, rapi mengesankan dan tidak membosankan. Kedepan kegiatan semacam ini dan bisa dijadikan sebuah tradisi khususnya bagi Orang Muda Katolik Paroki Kalirejo.

📷 Instagram OMK Paroki Kalirejo

Share:

Jumat, 15 Juli 2022

ORANG MUDA ITU BERKARYA BUKAN BERGAYA

Sering kita mendengar bahwa orang muda adalah generasi penerus untuk melanjutkan estafet perjuangan apapun yang sudah dilakukan oleh generasi sebelumnya. Bahkan jika kita melihat dari lingkaran terkecil yaitu keluarga, setiap orang yang membangun keluarga punya keinginan yang sama, yaitu kesejahteraan hidup untuk keluarga dan keturunannya yang nanti akan melanjutkan. Lalu sebagai generasi penerus untuk para pendahulu kita apa tugas kita sebagai orang muda? Ada banyak jawaban untuk menjawab pertanyaan sederhana itu, semua orang bisa menjawabnya dengan versi masing-masing, karena setiap orang memiliki keinginan yang berbeda satu sama lain.

Namun ada dua pilihan yang bisa dipilih untuk menjawab pertanyaan sederhana tersebut. Pertama adalah Orang Muda itu Berkarya. Dengan berkarya orang muda bisa menciptakan sesuatu dari hasil pemikiran mereka. Hasilnya bisa berupa apa saja, sesuai dengan bidang yang ditekuni oleh masing-masing pula. Dengan berkarya berarti kita sudah mengupayakan apa yang ada pada diri kita, buah pikir kita, kreatifitas kita. Memang tidak semua hasil karya yang kita buat mampu menjamin kesejahteraan hidup kita untuk masa depan, namun jangan pula kita lalu berhenti untuk berkarya. Berkarya tidak melulu berorientasi pada materi, berkarya sekecil apapun jika berguna bagi orang banyak suatu saat juga akan memberikan hasil yang baik bagi kita.



Lalu bagaimana kita berkarya sebagai Orang Muda Katolik? Seperti yang kita tahu bahwa sebagai Orang Muda Katolik kita semua adalah seorang pekerja yang berkarya di ladang Tuhan. Seperti yang tertulis dalam Injil Lukas 10:2 : "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu". Dari penggalan bacaan tersebut sebagai OMK sudah jelas kita semua diutus untuk berkarya, baik itu disekitar sekitar altar (Gereja) maupun di pasar (lingkungan masyarakat).

Tidak banyak pekerja bahkan untuk sekedar berkarya disekitar altar, apalagi untuk lingkup yang lebih luas yaitu pasar. Namun dari yang sedikit itu hendaklah mampu menjadi pengaruh bagi yang lain supaya penuai lebih banyak lagi. Berkarya di sekitar altar bisa dilakukan jika kita mau terlibat, entah sebagai anggota koor, misdinar, lektor/lektris, pemazmur, dan banyak lagi yang bisa orang muda lakukan dalam berkarya melayani dengan penuh kasih.

Dan jawaban yang kedua dari pertanyaan di atas adalah orang muda itu Bergaya. Bolehkah Orang Muda Katolik bergaya? Boleh saja asal tidak kebanyakan gaya tapi lupa berkarya bagi gereja dan masyarakat. Kebanyakan OMK justru lebih banyak gaya daripada berkarya. Yang model begini sering nongol dalam kegiatan orang muda yang besar saja, banyak gaya supaya dilihat yang lain. Tapi ketika kembali ke stasi tidak kelihatan lagi batang hidungnya. jadi tidak perlu dibahas lagi untuk jawaban kedua. Boleh saja bergaya sesukanya, asal jangan lupa juga ikut terlibat dalam karya untuk gereja dan juga masyarakat. Jangan kebanyakan gaya kapan berkaryanya?

Sebagai penutup, kita sebagai Orang Muda Katolik punya pilihan, siapa kita dan apa pilihan kita menjadi dasar apakah kita bermanfaat untuk perkembangan masa depan gereja atau justru merusaknya. Namun yang terbaik adalah Orang Muda itu Berkarya bukan Bergaya.

Share:

Kamis, 11 Juni 2020

KITA, NORMAL BARU DAN HERD IMMUNITY


Saat ini kita dihadapkan dengan sebuah pilihan pola dan tatanan hidup yang baru di tengah pandemi yang masih tinggi tingkat penyebarannya. Pemerintah baru-baru ini mulai menjalankan normal baru atau new normal bukan tanpa pertimbangan, semua dilakukan untuk kebaikan bersama, terutama untuk menyelamatkan perekonomian negara. Namun bukan berarti tatanan normal baru yang dilaksanakan bisa diartikan seperti kehidupan normal sebelum pandemi terjadi. 

Ada beberapa hal yang perlu kita pahami dengan tatanan normal baru. Pemerintah menghimbau kepada kita dan seluruh masyarakat Indonesia untuk berdamai dengan Covid-19, namun ada sebagian dari kita memaknai berdamai dengan cara yang salah. Mana mungkin virus diajak berdamai? Angka penyebaran saja masih tinggi. Jadi kita harus memaknai kata berdamai ini tidak dengan secara harafiah saja. Toh meskipun ada kata berdamai nyatanya negara masih memerangi Covid-19 kan? Intinya meskipun berdamai kita tetap tidak boleh lengah sedikitpun, bahkan kita wajib tetap sadar bahwa ancaman terjangkit virus masih sangat tinggi.

Di dalam pola hidup normal baru kita tetap harus memprioritaskan protokol kesehatan yang tinggi, tidak berbeda dari sebelum diberlakukan tatanan normal baru, itu yang wajib kita ingat. Sadar dirilah kita belum tentu bisa mengobati diri kita sendiri jika kita terjangkit. Jangan gegabah, jangan lengah, jangan ikut arus, jangan sok tau, apalagi sok kuat. Belum tentu tubuh kita mampu melawan, jikalaupun tubuh kita mampu melawan apakah mungkin orang lain yang selalu dekat dengan kita juga mampu melawan? Belum tentu! Terkadang kita terlalu mudah mengatakan, orang lain aja udah bebas kesana kemari ngga apa-apa koq, ngapain mesti takut, toh kita juga masih di zona hijau. Tidak semua punya kekebalan tubuh yang sama terhadap virus ini, ingat itu.

Selanjutnya, sejak mulai santer akan diberlakukan tatanan normal baru, viral di dunia maya istilah herd immunity atau sistem kekebalan tubuh yang mampu menahan bahkan melumpuhkan virus yang menjangkiti tubuh kita. Benar, saya juga bukan kapasitas orang yang bisa membantah hal itu. Dengan adanya kekebalan tubuh yang kita miliki memang bisa menahan pertumbuhan virus dalam diri kita, bahkan melumpuhkan virus itu sendiri, tapi apakah itu lantas menjadikan kita bebas hidup normal seperti sedia kala? Tidak! Pendapat saya pribadi tetap kedepankan pola hidup sehat seperti yang sudah dianjurkan, bahkan jika mungkin ditingkatkan. Kita yang masih punya orang tua dan masih sayang dengan mereka hendaknya juga memikirkan mereka. Kita boleh percaya diri kuat dan sehat, tapi orang tua kita yang sudah berusia di atas 60 tahun belum tentu memiliki kekebalan tubuh sehebat kita, mereka rentan terjangkit Covid-19.

Herd Immunity bisa jadi cara paling mudah memadamkan pandemi dengan membiarkan kita semua terjangkit dan mengikuti seleksi alam, yang kuat selamat, yang tidak kuat wafat. Berapa banyak yang akan menjadi korban? Mungkin 10%, 20%, 30% atau mungkin mencapai 50% dari populasi manusia, lagi-lagi kita tidak tahu. Mau tidak mau sehebat apapun kita bertahan, orang lain belum tentu bisa. Dan pada akhirnya kita akan berada pada kehidupan normal bebas lepas tanpa terkendali, dan itu pasti akan terjadi. Kembali kepada diri kita masing-masing apakah kita juga akan mengikuti arus dengan menjadi bebas lepas? Atau tetap sadar dengan mengikuti himbauan pemerintah? Toh mau tidak mau kita akan berada pada kondisi dan situasi lingkungan yang seperti itu. Ya itu pilihan, saya memilih tetap mencoba membatasi diri seperti sebelumnya, berusaha berpola hidup sehat. Mungkin itu cara saya pribadi melindungi diri dan keluarga. Jika pada akhirnya sampai pada titik yang tidak menguntungkan itu, setidaknya kita sudah berpikir positif untuk berusaha mencegahnya.

Menutup tulisan ini, bagaimana kita menyikapi tatanan hidup di masa normal baru ini? Akan lebih baik jika kita tetap memprioritaskan protokol kesehatan baik di rumah maupun diluar rumah/lingkungan kerja bahkan di lingkungan Gereja. Herd immunity akan menjadi senjata terakhir diri kita melawan penyebaran Covid-19 tapi kita juga harus sadar, kita tidak hidup sendiri, jangan korbankan orang lain demi kepentingan kita pribadi, sadar dan mawas diri itu kunci. Waspada itu penting, ketakutan dan selalu berpikir negatif itu sinting. Semoga kita semua segera terbebas dari masa pandemi ini tetap sehat, tetap produktif, tetap beribadah dan tetap waras!
Share:

Sabtu, 04 Januari 2020

KOMPAK 2019 : BENAHI BUMI, RUMAH KITA SENDIRI


Merayakan Natal dan Menyambut Tahun Baru 2020, OMK se-Paroki Kalirejo bersatu dalam Kemah Orang Muda Paroki Kalirejo (KOMPAK). Bertempat di Stasi Hati Kudus Yesus Tanjungmas sekitar 400-an OMK dari berbagai stasi di Paroki Kalirejo tampak antusias mengikuti rangkaian kegiatan. Mengambil tema "Benahi Bumi, Rumah Kita Sendiri" dalam kegiatan tersebut diharapkan mampu memberikan kesadaran kepada kaum muda, khususnya Orang Muda Katolik agar semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.



Dalam materi yang diberikan oleh team JPIC FSGM di jelaskan dampak kerusakan lingkungan hidup. Banyak faktor yang bisa membuat kerusakan lingkungan dan kebanyakan dilakukan oleh tangan-tangan manusia. Kita pun tak luput dari penyebab rusaknya lingkungan dengan kebiasaan buruk kita. Dijelaskan pula bagaimana kita harus mulai dengan pola hidup baru dengan hal sederhana, misalnya tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi sampah plastik, mendaur ulang sampah, mengurangi penggunaan kertas, tissu dan banyak lagi contoh sederhana yang diberikan.

Belakangan dampak pemanasan global sudah nyata kita rasakan, perubahan musim yang tidak menentu, krisis air bersih, hilangnya keanekaragaman hayati dan kemerosotan kehidup manusia serta masyarakat. Hal inilah yang menjadi keprihatinan kita bersama, keprihatinan orang muda sebagai generasi penentu masa depan lingkungan hidup.



Panitia juga berupaya melakukan hal nyata untuk mendukung tema kegiatan tersebut, di mana peserta diwajibkan membawa botol minum sendiri untuk digunakan selama tiga hari kegiatan berlangsung, dan berharap hal positif tersebut juga tetap dilanjutkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini memberikan dampak positif dalam mengurangi sampah.

Selain mengajak orang muda dalam menjaga lingkungan hidup, dalam kegiatan ini panitia juga mengadakan perlombaan ringan untuk mengakrabkan satu sama lain sekaligus memupuk persaudaraan dalam iman. Tak cukup sampai di situ, menjelang malam pergantian tahun para peserta dari berbagai stasi dan perwakilan dari Paroki lain unjuk kebolehan dalam pentas seni sebagai wujud karya kreativitas khas orang muda. Menariknya tak hanya dari OMK saja namun pensi malam puncak juga diisi oleh Pemuda Kristen dan juga oleh Pemuda Hindu.



Malam pergantian tahun ditutup dengan renungan malam dan penyalaan api unggun. Romo Bowo dalam renungannya menegaskan bahwa "kesalahan yang dilakukan selama 2019 hendaknya kita tanggalkan, kita bakar bersama penyalaan api unggun dan memulai pola hidup baru di 2020". Rangkaian kegiatan hari kedua sekaligus menyambut tahun baru 2020 ditutup dengan penyalaan api unggun yang melambangkan peleburan segala salah dan dosa sekaligus sebagai api semangat baru untuk melanjutkan karya nyata di tahun 2020.

Menutup kegiatan di hari ketiga peserta melaksanakan bakti sosial dengan membersihkan sampah di sekitar lokasi perkemahan sekaligus melakukan aksi nyata dalam menjaga lingkungan hidup dengan menanam 150 bibit pohon kayu di lingkungan Gereja Hati Kudus Yesus Tanjungmas. Harapan baru bagi kaum muda untuk tidak berhenti melakukan aksi nyata hanya dalam kegiatan itu saja, namun juga mampu melaksanakan hal serupa di lingkungan rumah tempat tinggalnya.


Seluruh rangkaian kegiatan ditutup dengan Ekaristi oleh Rm. Andreas Basuki sebagai selebran utama, beserta Rm. Joss, Rm. Gregorius Suripto (Komkep), dan Rm. Bowo. Dalam kotbahnya Rm. Greg mengajak Orang Muda Katolik untuk selalu bersukacita. "Hendaknya kita mencontoh Santo Yusuf yang tidak banyak bicara namun melakukan tugas yang diberikan Allah".


Usai misa penutup pengumuman lomba dan pemberian hadiah dilaksanakan. Stasi Sidobangun sebagai juara umum berhak membawa pulang piala bergilir yang sudah lama diidamkan, sekaligus membuka kesempatan untuk menjadi tuan rumah dalam kegiatan KOMPAK selanjutnya. Mari kita rawat bumi sebagai tempat tinggal kita, jaga dan rawat lingkungan sekitar kita untuk kelangsungan hidup dan karya Kristus di dunia.


Share:

Jumat, 26 Juli 2019

LDK : Pemimpin Melayani dengan Cinta, Siap Sedia, dan Pengorbanan

 
 
Setiap tahun jumlah Orang Muda Katolik (OMK) semakin berkurang, apalagi setelah kelulusan. Banyak OMK yang pergi meninggalkan stasi nya baik untuk bekerja maupun untuk melanjutkan studi. Kadang mereka yang pergi tidak meneruskan tongkat estafet kepemimpinan kepada adik-adiknya, sehingga kadang apa yang sudah dibangun kemudian perlahan hilang dan tidak sedikit juga yang mati, hal ini juga mempengaruhi semangat OMK dalam berkegiatan di tingkat paroki. Keprihatinan itulah yang kemudian menjadi dasar pengurus OMK Paroki Kalirejo untuk melaksanakan kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) bagi para OMK dari masing-masing stasi. Secara garis besar kegiatan ini memiliki tujuan agar OMK selalu aktif dalam setiap kegiatan baik di stasi, paroki maupun lintas paroki dan juga dalam masyarakat. 
 

LDK dikemas dengan kegiatan yang sangat sederhana, mengambil tempt di Stasi Santo Fransiskus Xaverius Negeri Mertani dengan tema "Pemimpin Melayani dengan Cinta, Siap Sedia, dan Pengorbanan". Tema tersebut menjelaskan bahwa sebagai pemimpin Orang Muda Katolik harus setidaknya mengikuti jejak Kristus dalam memimpin para rasulnya. Selama tiga hari (12-14/7/19) para peserta dibimbing untuk mengenali dan menggali potensi diri masing-masing, mengasah kemampuan berbicara di depan umum, diajak untuk bekerjasama memecahkan masalah melalui materi dan permainan.


Tidak hanya dipersiapkan sebagai calon pemimpin dalam pelayanan Gereja, namun juga diberikan bekal sebagai calon pemimpin dalam masyarakan. Bagaimana sebagai calon pemimpin dalam masyarakat hendaknya memiliki wawasan kebangsaan yang baik, memiliki moralitas kristiani yang baik dan sekaligus mampu menjadi teladan seperti Kristus.  


Kegiatan hari kedua ditutup dengan rangkaian Jalan Salib dengan rute yang telah ditentukan. Dalam Jalan Salib itu peserta diajak untuk merefleksikan diri, dibangun untuk menjadi pribadi-pribadi yang layak menjadi seorang calon pemimpin yang handal. Pribadi yang handal adalah pribadi yang bisa memimpin dirinya sendiri, dan menampakkan kasih kepada sesamanya. Karena barang siapa melukai sesamanya ia sama juga melukai Kristus.


Hingga Minggu 14/7/19 seluruh rangkaian kegiatan berakhir, para peserta diajak untuk membuat rencana tindak lanjut sebagai realisasi atas pelatihan yang mereka dapat selama tiga hari. Diharapkan melalui pelatihan dasar ini mereka siap menjadi pribadi yang berbeda, pribadi yang mampu memimpin dirinya sendiri, dan mampu menjadi pemimpin yang baik dalam pelayanan gereja maupun masyarakat.
Share:

Minggu Panggilan 2019 : Berani Ambil Resiko bagi Janji Tuhan

Suasana di Gereja Stasi Kedatuan Paroki Kalirejo pada Minggu (12/5/19) nampak berbeda. Halaman depan gereja mulai dipadati oleh BIA BIR Rayon Selatan sejak pukul 8 pagi. Hari itu dilaksanakan peringatan Minggu Panggilan tahun 2019 yang bertemakan "Berani Ambil Resiko bagi Janji Tuhan".

Banyak pihak yang terlibat dalam persiapan kegiatan ini. Umat Stasi Kedatuan menyiapkan tempat kegiatan dengan dibantu OMK, sedangkan setiap stasi lainnya mendapat tugas dalam Perayaan Ekaristi di akhir kegiatan.

Acara dimulai dengan doa yang dipimpin oleh Sr. Theresia FSGM lalu gerak dan lagu bersama. Tak hanya BIA/BIR, para pendamping pun ikut bergoyang. Ada juga penampilan dari BIA BIR stasi Kedatuan serta unjuk yel-yel dari masing-masing stasi.

Acara selanjutnya yaitu perkenalan dengan 7 suster FSGM. Selain berkenalan, mereka juga menceritakan alasan mereka terpanggil menjadi suster. Dijelaskan pula macam-macam bidang karya pelayanan para suster serta syarat-syarat mendaftar menjadi suster. Mereka mengajak baik BIA/BIR maupun OMK yang hadir supaya dapat lebih menyadari panggilanNya.

Inilah yang ditunggu-tunggu, yaitu penampilan spesial dari para suster. Mereka menarikan tarian kreasi yang energik dengan jubah hitam dan topeng emas. Terpukaunya para penonton dibuktikan dengan tepuk tangan yang bergemuruh.

Karena masih dalam suasana Paskah, diadakan menghias telur bersama. Seluruh peserta fokus pada telur masing-masing. Acara dimeriahkan pula dengan doorprize. Doorprize yang tak sedikit itu dibagikan saat gerak dan lagu untuk beberapa peserta yang paling bersemangat, saat menjawab pertanyaan dari suster, dan saat menghias telur bagi yang hasilnya bagus dan unik.

Acara dilanjutkan dengan istirahat dan makan siang, lalu Misa Kudus. Misa dipimpin oleh Rm. Andreas Basuki selaku Pastor Paroki. Beliau berpesan "Dekatkanlah anak-anak pada Tuhan dan Gereja supaya mereka mengenal-Nya seperti domba-domba mengenal gembalanya, juga biasakanlah anak-anak untuk melayani orang lain yang dimulai dari saling melayani dalam keluarga".

Yang unik dalam misa tersebut yaitu OMK yang bertugas membawa persembahan mengenakan kostum berbagai profesi dalam masyarakat. Hal ini menjadi simbol bahwa setiap umat juga dipanggil untuk mengabdi melalu profesinya masing-masing. Di akhir misa, inilah yang diucapkan Rm. Basuki kepada peserta kegiatan "Mau jadi Romo atau Suster?" "Siapa takut!"

Elisabeth Ranti Gasela
Share:

Selasa, 02 April 2019

Literasi Media Sosial : OMK Mewartakan Kabar Gembira di Dunia Digital



Era ini perkembangan teknologi informasi mengalami percepatan yang luar biasa. Semua kalangan tidak hanya kaum muda milenial saja yang menikmati, generasi sebelumnya yang masih ada saat ini juga tidak bisa mengelak ikut terjangkit demam teknologi digital. Begitu masifnya hingga seolah-olah semua informasi masuk tak mampu dibendung lagi. Lalu apakah ini sukacita atau justru dianggap bencana bagi Gereja Katolik? Menyikapi hal ini secara tegas Gereja Katolik menyatakan bahwa selain menjadikan internet sebagai karunia Allah yang berkarya melalui manusia, Gereja secara aktif ikut ambil bagian dalam membimbing umat bagaimana memanfaatkan media sosial secara bijak.

Dengan semangat itulah kemudian dalam rangka memperingati 150 tahun FSGM, para suster yang bergerak pada pendampingan Orang Muda Katolik mengadakan Literasi Media Sosial dengan tema : OMK MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI DUNIA DIGITAL. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 30-31 Maret 2019 ini diharapkan mampu memberikan edukasi bagi kaum muda, khususnya Orang Muda Katolik agar semakin bijak dalam bermedia sosial. Demikian selanjutnya para peserta juga mampu mengedukasi baik dalam keluarga atau lingkup yang lebih luas lagi.


Mengambil tempat di Gedung Serba Guna La Verna Pringsewu, materi pada sesi pertama disampaikan oleh RP. Yohanes Dwi Wicaksono, SCJ (Komsos Keuskupan Tanjungkarang) tentang Media Sosial Dalam pandangan Gereja. Seperti pada penjelasan di atas bahwasannya internet dengan segala yang berhubungan dengannya termasuk media sosial dianggap sebagai karunia Allah, dan Gereja tidak hanya menerima dan memanfaatkan namun berperan memimpin. Artinya Gereja ikut membimbing umat agar menjadi individu yang cerdas dan bijak dalam bermedsos.

Setelah jeda makan malam, materi sesi kedua, ketiga dan keempat oleh Kak Priscilia Panti Meyrina (Digital Social Media Strategist). Dalam materi ini, kak Panti mengenalkan apa sih media sosial itu? Apa manfaatnya dan bagaimana memanfaatkannya. Berbagai contoh diberikan tak ketinggalan bagaimana menyikapi berbagai konten yang saat ini bertebaran di dunia maya. Secara umum memang ada sisi positif dan negatif akan percepatan dunia digital saat ini. Semua diajak untuk mengetahui mana yang baik dan tidak baik, semua diajak untuk memahami mana yang hoax dan fake, serta mana yang tentang kebenaran. Sudah pasti sebagai tujuannya adalah kita menerapkan yang baik saja bukan sebaliknya malah tenggelam dengan yang keliru.


Kegiatan hari pertama lalu ditutup dengan doa malam dan ziarah ke Gua Maria.

Hari kedua dimulai dengan doa pagi pada jam 06.30 pagi. Doa pagi berjalan cukup tenang, meski ada sedikit gangguan namun karena suasana hening dan tidak banyak yang menyadari gangguan itu semua berjalan dengan baik. Setelah sarapan sesi ketiga dilanjutkan kembali oleh kak Panti. Melanjutkan sesi sebelumnya tentang media sosial, bagaimana membuat konten yang baik, menarik sekaligus mendidik. Hal ini sangat penting diketahui dan dipahami, tujuannya adalah pesan yang baik bisa diterima oleh semua kalangan. Konten yang baik itu tidak menyinggung SARA, bukan hoax atau fake news, singkat, jelas dan mudah dimengerti.
Sesi pamungkas di hari kedua para peserta diminta untuk membuat konten singkat berupa video pendek dengan tiga tema, renungan, hoax, dan pemilu. Sedangkan Suster-suster FSGM membuat konten khusus tentang panggilan. Dalam waktu 45 menit para peserta mampu membuat konten video pendek berdurasi 59 detik dengan berbagai pesan menarik. Salah satunya bisa kita lihat di akhir artikel ini. Dengan berakhirnya pemutaran video pendek maka berakhir pula rangkaian kegiatan Literasi Media Sosial dalam rangka peringatan 150 tahun FSGM.


Kegiatan ditutup dengan Misa Kudus oleh RP. Yohanes Dwi Wicaksono, SCJ, lalu dilanjutkan dengan launching lomba video pendek dengan tema "Aku dan FSGM" yang informasinya bisa dilihat dan dibagikan untuk umum melalui Instagramdi link berikut @lomba_videopendek_fsgm. Pesan terakhir sekaligus sebagai perutusan OMK dalam Mewartakan Kabar Gembira di Dunia Digital adalah OMK harus ingat OMG : Online Missionary of God, mari pergi kita diutus mewartakan kabar sukacita Tuhan.

 


Oleh   : Fransoe
Doc    : Fransoe
Video : Junjung
Share: