Selasa, 20 Februari 2018

Peran OMK Dalam Keluarga, Gereja dan Masyarakat di Era Digital

Waktu berjalan begitu cepat dan rasa lelah masih belum bisa mematikan semangat kami. Setelah selama tiga hari kami berkegiatan dan bekerjasama dengan panitia DIKLATPIMAS STIE GENTIARAS di stasi Sriwaylangsep, sehari setelahnya kami harus meluncur menuju Paroki Santo Andreas Rasul Marga Agung untuk bertemu dan belajar bersama dengan Orang Muda Katolik yang ada di paroki tersebut. Sedikit agak lelah namun tidak menyerah, seperti slogan yang sepertinya sudah tertanam dalam pikiran saya "Pantang Tepar Sebelum Kelar" itulah slogan ngawur yang bagi saya pribadi adalah cambuk untuk tetap semangat. Saya yang mengatakan, saya juga yang harus bertanggung jawab atas slogan ngawur tersebut.


Sebelumnya kami menerima kabar bahwa akan diadakan acara Valentine Day di Paroki Santo Andreas Rasul Marga Agung yang mengusung tema "Peran OMK Dalam Keluarga, Gereja dan Masyarakat di Era Digital", kira kira akhir Januari yang lalu. Untuk acara tersebut Romo Paroki YB. Widarman mengundang OMK SukaPriGisKali untuk mengisi materi dan rangakaian acara untuk Valentine Day di paroki yang dipimpinnya. Melalui OMK SukaPriGisKali, kami OMK Paroki Kalirejo diminta untuk ikut serta dalam acara tersebut, sambil temu kangen lah intinya. Maka dengan cepat dibuatlah pendaftaran siapa saja yang akan ikut, karena jumlah peserta dibatasi maka siapa yang lebih dulu mendaftar bisa ikut serta dalam acara tersebut.


Tidak lama kemudian tiga belas Orang Muda Katolik dari Paroki Kalirejo yang sudah mendaftarkan diri dan tidak ada yang mengundurkan hingga hari H diminta untuk menjadi koordinator animasi, outbound, pensi dan dokumentasi. Ditambah lagi dengan pemateri sdr. Titus Wisnu Winarto (TWW), dan Sr. Valentina FSGM, dan ada dua Suster lagi yang ikut yaitu Sr. Andreta FSGM dan Sr. Viana FSGM. Masih ditambah dua OMK dari Paroki Pringsewu dan Diakon Ian Bagas yang turut hadir, sehingga total yang ikut ada dua puluh orang.


Menurut jadwal hari pertama (15/2/18), acara akan dimulai dari jam 17.00 untuk registrasi peserta, maka kami yang berangkat dari dua paroki berbeda siang itu sudah mempersiapkan diri untuk berangkat layaknya team kesebelasan yang akan bertandang ke Paroki Marga Agung, karena dua peserta lainnya sedang ada urusan dan akan menyusul sore harinya. Ditengah perjalanan kami terpisah dan rombongan yang dibelakang terpaksa harus menghindari derasnya hujan menjelang sore hari itu. Selepas hujan reda kami memutuskan untuk melanjutkan perjalan. Rombongan ini pun akhirnya terpisah lagi, namun tidak sampai terlambat datang di lokasi.


Tiba di lokasi, kami istirahat sebentar, dan membagi tugas sesuai yang sudah ditetapkan sebelumnya. Setelah registrasi dan makan malam, acara segera dimulai tepat waktu pada jam 19.30 dengan materi pertama yang disampaikan oleh Mas Wisnu (TWW). Dalam materi yang disampaikannya hendaknya setiap OMK itu memiliki komitmen untuk menjadi OMK yang konsisten, jangan pamit doa OMK, nyata nya mojok berdua, atau lebih parahnya melakukan hal-hal negatif lain yang membawa lainnya menjadi jelek di mata masyarakat. Hidup matinya OMK itu ada di tangan OMK dan juga generasi penerusnya. Keluarga muda juga memiliki tanggung jawab akan kelangsungan hidup OMK. Dulu masa muda aktif di OMK, namun setelah berkeluarga tidak ada yang mengarahkan OMK, sehingga tidak ada penerusnya. Dan masih banyak lagi materi yang disampaikan pada materi malamitu yang intinya mengajak OMK untuk terus aktif membangun gereja.


Setelah materi pertama selesai, acara dilanjutkan dengan pentas seni yang dipandu oleh panitia lokal. Pensi malam itu cukup meriah, masing-masing peserta dari beberapa stasi yang hadir unjuk kebolehan di atas panggung, tak ketinggalan juga peserta dari OMK Paroki Kalirejo yang tidak mau kalah menunjukkan kemampuan mereka bermain musik dan bernyanyi, tidak sedikit dari peserta mengapresiasi penampilan kami malam itu. Tak mau kalah dengan team pensi kami, beberapa peserta juga menampilkan tarian tradisional kontemporer yang tak kalah menariknya, pensi malam itu di tutup dengan tarian tradisional yang saya tidak tau namanya, tapi seru dan tidak sedikit malah takut melihatnya.


Pentas seni selesai, peserta dan panitia kembali berkumpul di pendopo untuk melakukan renungan malam. Seluruh peserta diminta untuk mengambil lilin dan membawa harapan-harapan pribadi dan harapan OMK. Selanjutnya mereka berjalan menuju halaman gereja di mana puncak acara malam itu akan dilaksanakan. Dengan membawa lilin harapan, mereka meletakkan lilin membentuk salib. Doa malam dan dinyalakannya api Orang Muda Katolik menjadi akhir dari semua rangkaian acara hari pertama. 

Hari kedua pagi hari para peserta dan panitia mulai sibuk bersiap-siap untuk acara yang dibuka dengan misa Kudus yang dilaksanakan pada jam 07.00. Misa pagi itu dipimpin oleh RP. Yustinus Eko Yuniarto, SCY dan RD. YB. Widarman dibantu Diakon Dista dan Diakon Bagas. Dalam homili singkatnya Rm. Eko mengatakan bahwa jika OMK tidak bisa membuat gelombang besar, buatlah riak-riak kecil di wilayah masing-masing. Yang terpenting adalah OMK tetap menggeliat dari tingkat bawah dan mau menunjukkan eksistensinya sekecil apapun itu.

Usai misa kudus, waktu selanjutnya adalah sarapan, ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu, pasalnya panggilan alam yang satu ini sudah tidak bisa ditahan lagi. Usai sarapan acara dilanjutkan dengan materi kedua yang disampaikan oleh Sr. Valentina FSGM. Sesuai dengan tema yang diusung di atas, materi ini memberikan pengertian bahwa OMK harusnya bijak dalam menanggapi perkembangan teknologi di era digital. Seperti yang kita ketahui teknologi informasi begitu masifnya beberapa tahun terakhir. Untuk itu OMK hendaknya bijak memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan kebenaran, bukan menyebarkan hoax. Menggunakan gadgetnya untuk mencari informasi yang baik, bukan melihat konten-konten yang negatif. Jangan terbelenggu dengan gadget secara berlebihan, dan faktanya masih ditemukan saat materi ini disampaikan. Hayooo... ngaku.


Menginjak acara selanjutnya, seusai materi yang kedua, peserta diajak untuk melakukan kegiatan outboun di sekitar lingkungan gereja St. Andreas Rasul. Ada empat pos yang nantinya akan digunakan oleh para peserta mengasah kemampuan memimpinnya. Outbound dibuat sederhana namun sangat optimal untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, berkomunikasi, berkonsentrasi, bekerjasama dan mengasah kreativitas. Team yang kalah harus menerima hukuman berat yaitu dicoret mukanya dengan kopi, ada lho yang mukanya cemong empat, mungkin team ini selalu kalah di tiap pos. Namun kalah atau menang bukan tujuan utama, pesan-pesan positif dari setiap permainan outbound inilah yang terpenting. Menjelang tengah hari kegiatan outbound pun selesai.


Akhirnya pulang, ya belumlah, makan siang dulu. Ya baiklah menginjak acara selanjutnya adalah makan siang yang dikemas dengan permainan kereta-keretaan, begitu saya menyebutnya. Masing-masing kelompok diberi balon dan nomor untuk mencari makan siang yang di sebar di berbagai tempat di sekitar halaman gereja. Setelah semua siap mereka mulai mencari nasi sesuai nomor yang dipegangnya, panitia bikin repot ya, udah lapar mesti ribet nyari nasi, namun dalam waktu sekejap mereka sudah bisa menemukan makan siangnya, dan bagi yang sudah menemukan makanannya harus memcahkan balon.  Bagi siapa yang sudah menemukan makan siang nya mereka harus membantu temannya yang belum dapat untuk membantu. Sederhana namun unik, pesan yang saya dapat adalah jangan rakus, saling membantu sesama, meski sudah dapat makan ya temannya ikut dibantu biar bisa makan bersama dengan teamnya.


Belum selesai juga ya, ini yang terakhir yakinlah saya janji, setelah makan siang selesai, saatnya tukar kado dan menutup acara hari kedua. Saat tukar kado makin seru saja, bukan masalah nominalnya karena pada umumnya nilainya sama. Seneng melihat cowok dapet barang yang sangat feminin, ekspresinya jadi aneh, bingung, dan bagi saya itu lucu. Namun itulah yang namanya tukar kado, belum tentu kita menadapat barang yang sesuai, namun anggaplah itu sebagai kenang-kenangan tak terlupakan dari valentine day di Paroki Marga Agung. Ingat bagaimana kita berproses bersama, ingat kita mendapatkan teman baru, ingat berbagi kasih bersama dan banyak lagi yang bisa kita ingat dari kado-kado unik yang kita dapat. Dan karena ini yang terakhir, maka acarapun selesai, kami bersalaman, berpamitan dan di lanjut dengan evaluasi.


Lho katanya sudah, ya memang sudah, ini cuma beberapa kesan dan pesan saja dari peserta, nambah dikit ya. Jadi secara garis besar peserta dan panitia cukup mengapresiasi keberadaan kami. Salah satunya mengatakan banyak belajar dan berpesan untuk tetap kompak dan semangat dengan tambahan #JanganKasihKendor hayo siapa yang nulis? Tak mau ketinggalan Ketua OMK Paroki Marga Agung juga mengatakan "Kalian luar biasa, aku suka... aku suka... kalian semangatnya luar biasa" Sudah tahu ya siapa yang mengatakan. Dan bagi kami OMK Paroki Kalirejo khususnya, ini merupakan motivasi yang sangat besar, pengalaman yang luar biasa, sekaligus tantangan besar bagi kami agar OMK Se-Paroki Kalirejo semakin solid dan semangat. Terimakasih kami untuk Rm. Widarman, OMK Paroki Marga Agung, dan semua umat yang ikut membantu acara ini. Mari Berkarya untuk kemuliaan Tuhan.

Oleh : Fransoe
Doc  : Fransoe
 
Share:

2 komentar:

  1. Berkah dalem.......mohon ijin komen dikit ya kak....☺waaooo jujur ya buat sodara2 OMK ST.PETRUS KALIREJO setelah aq baca ini salut banget sama semangatnya ....aq jadi baper nih baca cerita kegiatan2 valentine daynya keren n mendidik banget ....terus bersatu ya dalam kasih Tuhan.....pokoknya semangat pantang kendor ya......GBU ...😊😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kunjungannya Crizty Ndari, semangat juga untuk yang di Jogja, Selamat Berkarya

      Hapus