Masa Pra Paskah sudah kita lewati bersama, banyak hal yang sudah terlewati namun sayang jika kita sebagai orang muda melewatkannya begitu saja. Orang Muda Katolik di rayon utara kembali berkegiatan melaksanakan pendalaman Aksi Puasa Pembangunan yang dilaksanakan sebanyak empat kali. Tema pendalaman APP tahun ini saya rasa cukup sesuai dengan kondisi keluarga dan kaum muda sebagai anggota keluarga. Tema "Keluarga : Sukacita Injil dan Tantangannya" menjadi tema yang baik untuk membangun kaum muda menjadi generasi baru dalam gereja. Pertemuan pendalaman APP 2018 dilaksanakan bergiliran dari Minggu pertama di stasi Sidobangun, lalu dilanjukan ke stasi Bandarsari, Tiasbangun, dan di tutup di stasi Ringin Harjo. Dalam empat kali pertemuan tersebut kita semua diajak untuk memahami, bagaimana kita sebagai anggota muda dalam keluarga bisa memetik sukacita Injil dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sesuai dengan tema yang diusung, kita orang muda sebagai bagian dari keluarga yang merupakan gereja terkecil diajak untuk mampu tidak hanya memahami, namun juga mewujudkan sukacita Injil dalam kehidupan keluarga, gereja, dan masyarakat. Namun sebelumnya apa dan bagaimana sukacita Injil itu? Sukacita bisa kita pahami sebagai perasaan puas dan lega, tanpa beban, tanpa susah dan tanpa kecewa. Sukacita bisa kita rasakan sebagai pengalaman batin dari diri kita sendiri. Berbeda dengan perasaan senang yang lebih bersumber pada pengalaman yang terjadi di luar. Dalam Kitab Suci sukacita dipahami sebagai sesuatu yang lebih mendalam, lebih dari sekedar emosi, namun bisa dikatakan sebagai perasaan bahagia dan dicampur dengan perasaan diberkati. Sukacita merupakan suatu "karunia" roh yang khas. Sukacita Injil bisa diartikan sebagai perasaan bahagia dan terberkati yang hanya bisa didapatkan dalam nama Tuhan.
Pada pertemuan pertama kita sebagai OMK diajak untuk mendalami bagaimana kita bisa menikmati sukacita Injil, yang kita tahu bukan sekedar ungkapan perasaan sesaat, namun lebih dalam menurut Bapa Suci Fransiskus menegaskan menurut Evangelii Gaudium sukacita Injil lebih ditekankan pada penerimaan atas keselamatan dari Yesus Kristus yang sangat erat kaitannya dengan peristiwa penyelamatan manusia dari dosa. Dalam pertemuan pertama itu kita juga diajak untuk memahami bagaimana cara kita sebagai orang muda untuk bisa menikmati sukacita dalam Tuhan. Ada empat rumusan atau cara untuk kita bisa bersukacita dalam Tuhan, yakni:
Beriman
Bersyukur
Baik hati
Bersih hati dan Pikiran
Dari keempat cara kita bersukacita dalam Tuhan diatas kemudian muncul pertanyaan "pada bagian mana sebagai OMK belum menghidupi empat cara tersebut?". Dari hasil sharing perkelompok banyak yang mengaku sudah beriman, banyak yang sudah bersyukur namun masih ditambah kata kadang-kadang. Misalnya rajin menghadiri ekaristi koq, jika sedang tidak malas. Sering bersyukur koq kalau dapat rejeki lebih, kalau dapat makan gratis, kalau masih bisa online dari tethering Wi-fi teman, itu hanya contoh saja, kenyataannya mungkin tidak ada. Lalu point ke tiga dan keempat, banyak yang mengatakan belum bisa dikatakan baik hati, kadang masih suka jahat dengan temannya, alasan pinjam HP ternyata numpang kouta buat online, misalnya ya. Dan terakhir, banyak juga yang mengatakan belum bisa bersih hati dan pikiran. Tidak hanya kita sebagai orang muda, kita sebagai manusia sudah terlalu umum ngomongin orang, iri, dengki, egois dan banyak lagi contoh yang lain. Jadi apakah dengan cara kita yang seperti itu kita sudah mampu menikmati sukacita dalam Tuhan?
Pada pertemuan selanjutnya kita diajak untuk memahami bagaiamana kita bisa menemukan sukacita Injil dalam keluarga dan segala tantangannya. Semua berawal dari keluarga, sebagai gereja terkecil. Jika kita sadari tidak ada keluarga yang benar-benar sempurna (bahkan dikatakan Keluarga Kudus Nazaret pun memiliki persoalan sejak awal membentuk keluarga). Orang tua kita tidak sempurna, kita lahir juga tidak sempurna, namun dengan ketidak sempurnaan itu kita berusaha untuk saling menyempurnakan. Dari proses itu kita bisa mengalami sukacita bahkan dukacita, namun jika kita mampu menjalani semua, maka sukacita Injil akan bisa hadir ditengah-tengah keluarga kita yang apa adanya. Untuk bisa mewujudkan hal itu juga ada rumusan atau caranya yaitu membentuk keluarga yang "REAL" seperti Keluarga Kudus Nazaret.
R=Respect/menghormati
E=Encourage/menyemangati
A=Affirm/meneguhkan
L=Love/mencintai
Rumusan tersebut berlaku untuk semua anggota keluarga, tidak hanya suami dan istri, namun juga anak dengan orang tua begitu juga sebaliknya. Dengan rumusan itu diharapkan kita mampu menghadirkan sukacita Tuhan dalam keluarga kecil kita dengan segala tantangan yang ada.
Tantangan keluarga di era sekarang ini memang tidak bisa dihindarkan. Pengaruh kemajuan teknologi tidak terbendung lagi membuat pribadi-pribadi baru dalam anggota keluarga. Misalnya dulu keluarga kita punya tradisi ngobrol dalam makan bersama, sekarang mungkin makan bersama masih ada namun ngobrolnya tidak ada, atau mungkin malah tidak ada semuanya? Kini orang muda cenderung banyak ngobrol di sosial media, tidak peka dengan keadaan sekitar, orang tua disebelahnya dicuekin, giliran kuota habis baru ngomong minta beliin kuota, lalu ngobrol nya kapan? Orang muda cenderung lebih nyaman curhat online dengan teman-teman sebaya nya ketimbang menyelesaikan masalah bersama keluarga. Mulai sekarang hendaknya tradisi-tradisi jaman now itu mulai dikurangi, mulailah ngajakin ngobrol orang tua, mulai sering berkumpul, makan bersama, bagus lagi berdoa bersama. Dengan demikian kita bisa perlahan menjadikan keluarga yang saling menghormati, saling menyemangati, meneguhkan dan saling mencintai. Sehingga sukacita Injil tidak hanya kita dengarkan selama masa pendalaman APP di masa Pra Paskah saja, namun terus berlanjut hingga kapanpun.
Sebagai akhir kata semoga kita mampu belajar dan berproses menjadi orang muda yang siap untuk mewujudkan sukacita Injil dalam keluarga, gereja dan masyarakat mulai dari saat ini. Tuhan memberkati.
Oleh : Fransoe
Doc : Fransoe
0 komentar:
Posting Komentar