Senin, 09 Juli 2018

TEBAR 2018 : Kita Keluarga, Kita Gereja, Kita Masyarakat

Kesibukan sudah mulai terasa sejak seminggu sebelumnya di desa Sumberejo, Bangunrejo. Ditempat itulah sepekan kemudian akan menjadi tempat dilaksanakannya Temu Akbar OMK SukaPriGisKali 2018. Kegiatan OMK yang biasa dilaksanakan tiap dua tahun sekali ini melibatkan 3 paroki dan 1 unit pastoral yang terdiri dari paroki Pringsewu, Gisting dan Kalirejo, serta unit pastoral Sukoharjo. Selain itu tidak mau sendirian merayakan ungkapan syukur, panitia juga mengundang beberapa stasi dan paroki lain untuk ikut dalam perayaan syukur kebersamaan OMK sukaPriGiskali yang ke sepuluh tahun. 


Dalam perayaan syukur ini panitia mengambil tema "Kita Keluarga, Kita Gereja, Kita Masyarakat". Kita Orang Muda Katolik dari berbagai paroki adalah satu keluarga dan berasal dari keluarga-keluarga kecil. Kita juga adalah pemilik gereja saat ini, dan penguasa gereja masa depan. Di luar itu kita juga adalah bagian dari masyarakat yang majemuk. Dari tema tersebut kita diharapkan selain mampu berkarya di depan altar (Gereja), kita juga harus mampu berkarya di pasar (Masyarakat). Tema tersebut juga tidak lepas dari peran masyarakat sekitar sebagai ucapan terimakasih atas bakti sosial (pengobatan gratis lintas agama) yang dilaksanakan tiga bulan sebelumnya. Ini adalah wujud saling mengasihi tanpa pilih kasih yang kemudian menjadi dorongan kami untuk melaksanakan TEBAR 2018 yang sempat hilang topiknya beberapa saat. 


Malam sebelum hari pelaksanaan kegiatan, panitia inti dari OMK Paroki Kalirejo melaksanakan doa bersama dengan panitia lokal yang terdiri dari umat Katolik dan umat Muslim dari desa Sumberejo. Doa bersama ini dimaksudkan selain untuk mendoakan agar acara bisa berjalan lancar, juga bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan dan memupuk toleransi lintas iman yang akhir-akhir ini diterpa isu radikalisme. Orang muda diharapkan mampu untuk menjadi pelopor terwujudnya perdamaian dan toleransi antar umat beragama. Dengan dilaksanakannya Temu Akbar OMK SukaPriGiskali 2018, diharapkan ke depan akan ada acara semacam ini yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.


Jumat (29/6/18), seluruh panitia mulai sibuk di lokasi. Acara Temu Akbar ini dari tahun ke tahun selalu dikemas dengan acara camping/kemah. Dari pagi panitia mulai sibuk diposisi masing-masing. Berdasarkan data yang masuk ke meja sekretariat, jumlah peserta yang ikut dalam kegiatan ini mencapai 717 peserta. Sebenarnya bisa lebih banyak dari perkiraan awal, namun beberapa paroki undangan tidak bisa hadir karena jadwal kegiatan yang bertabrakan di hari yang sama. Di hari pertama kontingen dari OMK Sukoharjo, Pringsewu, Gisting, dan Kalirejo sebagai tuan rumah, dan beberapa kontingen dari stasi/paroki undangan mulai berdatangan. Setelah melakukan registrasi peserta, seluruh perserta mulai sibuk mendirikan tenda hingga siang hari. Setelah semua tenda berdiri seluruh perserta dan juga panitia mulai bersiap untuk melaksanakan misa pembukaan yang dipimpin oleh Bapa Uskup Mgr. Yohanes Harun Yuwono.

Dalam kotbahnya Mgr. Yohanes Harun Yuwono mengingatkan bahwa orang muda hendaknya tidak melulu hanya menikmati kemapanan dan kenyamanan, orang muda jangan manja, orang muda jangan hanya berpangku tangan. Orang muda harus berani meninggalkan kemapanan, kenyamanan, dan tidak manja, karena semua itu tidak akan berlangsung selamanya. Orang muda harus mampu bergerak, berkarya, mandiri, dan menentukan hidupnya sendiri di jalan yang Tuhan mau. Dengan demikian orang muda bisa berkembang dan menjadi pemilik gereja masa kini, dan penguasa gereja masa depan, sekaligus siap untuk hidup ditengah-tengah masyarakat yang majemuk.

Meskipun misa pembukaan diliputi cuaca yang tidak bersahabat, namun peserta pantang mundur untuk mengikutinya. Dengan berbasah-basah peserta mampu mengikuti perayaan ekaristi hingga selesai dengan tenang. Dalam misa pembukaan tersebut hadir juga romo paroki dari Unit Pastoral Sukoharjo, Paroki Pringsewu, Paroki Gisting, dan Paroki kalirejo, dan juga romo Yustinus Eko Yuniarto SCJ, dari Komisi Kepemudaan Keuskupan Tanjungkarang. 


Usai misa pembukaan acara dilanjutkan dengan makan malam, lalu dilanjutkan kembali dengan prosesi pembukaan acara Temu Akbar OMK SukaPrigiskali yang dibuka oleh Mgr. Yohanes Harun Yowono, Camat Bangunrejo, lurah sumberejo, koordinator umum panitia, serta elemen masyarakat yang hadir dalam acara tersebut dengan pemukulan kentongan bersama-sama. Dengan pemukulan kentongan tersebut maka kegiatan Temu Akbar OMK SukaPriGisKali 2018 resmi dibuka. 


Setelah prosesi pembukaan acara TEBAR OMK SukaPriGiskali 2018 resmi dibuka, acara dilanjutkan dengan sesi materi yang disampaikan oleh Mas Titus Wisnu Winarto. Materi yang mengusung tema OMK HEBAT dalam Keluarga, Gereja, dan masyarakat. Awal materi peserta diajak kilas balik sejarah singkat OMK PriGisKali. Berawal dari pertemuan OMK se-Keuskupan dalam rangka 75th Suster FSGM berkarya di Indonesia yang bekerjasama dengan Komkep Keuskupan Tanjungkarang. Dalam pertemuan tersebut OMK diajak untuk membentuk jejaring OMK lintas Paroki. Akhirnya terbentuklah jejaring OMK lintas paroki yang kemudian terbentuk dengan nama OMK PriGisKali Pringsewu, Gisting, dan Kalirejo). Awalnya belum ada nama, namun tercetus nama itu pada 6 Juli 2008, setelah perjalanan pulang dari kegiatan OMK di Kotabumi. Namun beberapa tahun belakangan nama berubah dari PriGisKali menjadi SukaPriGisKali dengan status Sukoharjo sebagai Unit Pastoral baru yang awalnya masih tergabung dalam lingkup Paroki Kalirejo.


Dalam materi malam pertama tersebut Mas Wisnu juga menyampaikan ada beberapa type OMK. Ada beberapa type OMK yang kurang baik antara lain OMK suka pamer, OMK pecandu gadget dan medsos, OMK pecari mantan/gebetan/pacar, OMK minder, dan OMK pecari masalah. Itu cukup berbahaya untuk setiap kegiatan OMK. Tidak perlu pamer kalau sudah jadi OMK sukses. Jangan cari mantan, pacar atau gebetan, carilah teman dan saudara sebanyak-banyaknya, jodoh itu bonus. Jangan minder, karena minder menjauhkan diri dari teman dan saudara. Jangan banyak main HaPe, foto sana-sini, ngajak foto cewek/cowok ganeng, posting di medsos, pas pulang di tanya kemarin di acara dapat apa? Jawabnya lihat di medsos saja....., ngga guna. Jangan menjadi penyebab keributan, biasanya masa lalu yang diungkit kembali bisa mengganggu orang lai dalam kegiatan. OMK yang hebat adalah OMK yang nyaman dan mampu menikmati setiap cara dengan baik, ada yang bisa dibagikan kepada teman usai acara. Menjadi OMK yang hebat dalam keluarga, Gereja, dan masyarakat itu yang terbaik.

Seusai materi semua kegiatan hari pertama ditutup dengan renungan dan doa taize oleh Suster FSGM dan Suster HK sebagai acara penutup. Peserta diajak berdoa untuk ucapan syukur atas hari yang telah dilalui dan berdoa untuk kegiatan hari selanjutnya. Hari pertama usai dan istirahat panjang untuk mengembalikan energi yang terkuras untuk kegiatan hari selanjutnya.


Sabtu (30/6/18), pagi-pagi panitia sibuk membangunkan dan menghantarkan peserta untuk MCK, karena hari sebelumnya hujan deras, dan koordinasi tempat MCK kurang maksimal. Tidak mudah mengajak mereka bangun pagi, panitia yang juga masih merasa ngantuk juga sempat kewalahan membangunkan peserta yang begitu banyak. Namun tidak sedikit juga yang sudah bangun dan melakukan MCK pagi itu, baru sehari saja sudah jadi OMK yang hebat ya teman-teman kita ini. Selanjutnya acara di hari kedua ini dibuka dengan misa pagi yang dipimpin oleh RD. Ian Bagas Brahmantyo atau sering dipanggil MoGas oleh teman-teman OMK. Beliau menegaskan dan mengajak orang muda untuk membawa semua keprihatinan ke dalam doa, sehingga apa yang Tuhan mau bisa kita (orang muda) wujudkan, sama dengan perwira yang merelakan dirinya kepada Allah untuk kesembuhan anaknya. Misa pagi itu berjalan dengan tenang mungkin karena ngantuk dan capek. Tidak sedikit pula yang masih melanjutkan mimpinya. Teman-teman OMK termasuk OMK yang mana?

Usai misa peserta diajak untuk sarapan, dan dilanjutkan dengan materi sesi kedua. Peserta dibagi berdasarkan nama Santo dn Santa yang ada dalam nametag masing-masing. Empat kelompok besar dipisahkan untuk materi yang berbeda. Pemateri dari berbagai latar belakang memberikan materi tentang keluarga yang diberikan oleh Mas Anto, Mas Indri, Mas Praswono dan Mas Heru. Materi tentang hidup menggereja di sampaikan oleh Rm. Eko Yuniarto SCJ semua peserta juga cukup antusias. Lalu beberapa anggota Pemuda Katolik Lampung juga sangat bersemangat memberikan materi tentang hidup bermasyarakat. Semua topik materi pagi hingga siang itu berjalan menarik dengan selingan game yang mampu membuat peserta betah berlama-lama mendengarkan para pemateri. Hingga tengah hari para peserta kembali ke tenda utama. Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, jam makan siang membawa peserta untuk kembali mencharge energi yang sudah terbuang sejak pagi hari.


Siang itu usai makan siang dan istirahat sejenak, para peserta diajak untuk kembali berkumpul di tenda utama. Sebelum melanjutkan acara peserta diajak untuk membaur dengan peserta lain dari berbagai paroki dan stasi. Game yang dikemas menarik mengharuskan para peserta untuk mengenal dan barbaur dengan teman lain yang tidak mereka kenal sebelumnya. Permainan ini sangat efektif untuk membangkitkan semangat sekaligus untuk saling mengenal satu sama lain. Masih kurang semangat masih dalam situasi membaur pembawa acara mengajak para peserta untuk bernyanyi dan bergerak seperti biasa di jeda acara sebagai selingan untuk membangkitkan semangat OMK menuju acara selanjutnya.


Setelah selesai animasi, para peserta diajak untuk berlomba dengan lomba-lomba ringan, hal ini dimaksudkan agar para peserta bisa bekerja sama dan saling mendukung teman-teman lainnya dari stasi atau paroki yang sama. Perlombaan dari siang hingga sore hari berjalan dengan baik dan efektif untuk membangun rasa persaudaraan. Tidak tampak lelah namun memberikan susana gembira, tidak banyak yang mengeluh dengan teriknya matahari siang itu. Dan hadiah yang dibagikan juga bukan sesuatu yang mewah. Tujuannya bukan meraih hadiah dan juara, namun memupuk kerjasama antara sesama peserta dari stasi dan paroki yang hadir dalam acara tersebut. 


Malam hari kedua kegiatan pentas seni sebagai bentuk unjuk kebolehan dan kreativitas Orang Muda Katolik pun sukses dibawakan. Ada banyak penampilan menarik dari pentas seni malam itu, dari modern danece, tari tradisional, pentas musik, sitkom atau apalah susah memasukkan kategori untuk penampilan dari paroki Pringsewu yang membuat malam kedua penuh dengan horor komedi, ngeri ngga, ngakak iya. Pentas seni ditutup oleh penampilan Panitia Tebar dari OMK Paroki Kalirejo yang menampilkan joged temonholic yang mampu menarik minat para peserta bersemangat maju kedepan panggung.

Acara puncak malam kedua diisi dengan prosesi kebersamaan OMK PriGisKali yang ke-sepuluh tahun, sekaligus penetapan nama SukaPriGisKali dengan digabungkannya Unit Pastoral Sukoharjo. Prosesi ini ditandai dengan pemotongan kue ulang tahun yang kesepuluh. Sebelum acara prosesi ada tamu kejutan dari Pagar Nusa dan Setia Hati, ini adalah tamu dari Pemuda Muslim yang hadir malam itu dalam perayaan syukur OMK SukaPriGisKali yang kesepuluh. Dalam sambutannya perwakilan saudara kita dari Pagar Nusa mengungkapkan bahwa "meskipun keyakinan kita berbeda, namun persaudaraan hendaknya tetap terjaga kapan pun, untuk keutuhan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Beliau juga mengajak untuk bersama-sama menjaga keutuhan NKRI. Ini adalah kejutan yang luar biasa, ini yang kami maksud dalam tema "Kita Keluarga, Kita Gereja, Kita Masyarakat". Dan ini merupakan kebahagiaan dan kehormatan bagi kami atas kesediaan saudara-saudari dari Pagar Nusa dan Setia Hati mewakili Pemuda Muslim yang bersedia hadir dalam acara kami. Mereka juga tak mau ketinggalan menampilkan atraksi seni beladiri yang sangat memukau yang juga dilakukan oleh anak kecil, salut untuk saudara kita ini.



Setelah prosesi selesai peserta diajak untuk mengakhiri malam puncak dengan penyalaan api unggun. Namun sebelumnya peserta diajak untuk berdoa dan renungan malam. Lalu sepuluh perwakilan OMK dari empat paroki dan undangan yang datang memegang lilin dan membentuk salib dan terus disambung kebelakang oleh 707 peserta yang lain hingga memanjang kebelakang, usai berdoa lilin salib mulai bergerak dan berpencar mengelilingi api unggun. Setelah semua berkumpul dalam suasana tenang, tak lama kemudian meluncurlah bola api menyalakan api unggun ditengah-tengah peserta. Kobaran api dan lilin-lilin yang menyala adalah lambang spirit atau semangat Orang Muda Katolik. Dengan lilin-lilin menyala adalah semangat dari pribadi masing-masing orang muda, dan api unggun yang berkobar adalah semangat kebersamaan Orang Muda Katolik. Acara malam itu selesai dan peserta boleh menikmati malam disekitar api unggun hingga waktu yang ditentukan untuk segera beristirahat.

Pagi datang, namun tidak banyak terlihat geliat dari orang muda seperti pagi sebelumnya. Ternyata tidak sedikit yang menikmati malam disekitaran api unggun malam itu hingga pagi. Meski dalam kondisi ngantuk dan lelah, Minggu (1/7/18) atau hari terakhir kegiatan banyak yang masih bersemangat mengikuti rangkain kegiatan. Hari terakhir sesuai rencana akan diadakan bersih lingkungan sekitar lokasi kemah. Seluruh peserta dibagi dalam empat kelompok besar untuk membersihkan empat titik lokasi yang sudah ditentukan. Peserta langsung menuju lokasi yang telah ditentukan, ada yang membersihkan selokan, ada yang memotong rumput, ada yang menyapu, ada yang mengangkat dan mengumpulkan sampah, ada juga yang diam saja. Namun semua bisa berjalan lancar dan lingkugan juga terlihat bersih dari sebelumnya. menjelang siang kegitan bersih lingkungan selesai. Lalu dilakukan penanaman pohon di sekitar lapangan yang pertama dilakukan oleh Romo Paroki Kalirejo RD. Andreas Basuki bersama ketua panitia. Lalu dilanjutkan oleh perwakilan peserta dari Paroki lainnya. 



Seluruh rangkaian acara kemudian ditutup siang itu dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Romo Eko Yuniarto SCJ, bersama RD. Andreas Basuki dan RD. Joss Slamet Santoso. Dalam perayaan ekaristi siang itu Romo Eko berpesan agar orang muda yang dinamis harus tetap bergerak. Meskipun tidak bisa membuat gelombang yang besar, cukuplah jika Orang Muda Katolik membuat riak-riak kecil di stasi atau paroki masing-masing. Beliau mengapresiasi kegiatan semacam ini harus tetap berlanjut. Usai misa penutup peserta membongkar tenda dan pulang ke tempat asal masing-masing terimakasih. 

Ngga gitu juga, masa iya tidak ada kesan untuk peserta yang hadir dan mengikuti semua kegiatan. Ada beberapa yang mengungkapkan kesan dan pesan selama mengikuti TEBAR OMK SukaPriGisKali 2018. Misalnya kesan peserta dari Paroki Marga Agung "kegiatan dikemas menarik, materi sesuai tema, panitia baik-baik, pensi nya gokil dan lain-lain. Ada juga yang berpesan bahwa kemahnya terlalu cepat harusnya seminggu, ini adalah type OMK yang rindu berkumpul dan berkegiatan (bikin riak kecil di paroki ya). Kesan-kesan negatif males nulis ah, masalahnya yang nulis negatif ngga ikut kegiatan. Yang pasti kami berterimakasih kepada semua peserta yang terlibat, semua OMK SukaPriGisKali, semua OMK dari paroki Marga Agung, Paroki Metro, Stasi Natar dan semua yang terlibat dalam seluruh rangkaian kegiatan Tebar 2018. Tak lupa kami selalu berpesan "Pantang Tepar Sebelum Kelar" karena menjadi OMK "Lelah itu Pasti, Semangat itu Harus". Hidup Bersama OMK Begitu Indah. Sampai berjumpa lagi 2020 dalam TEBAR OMK SukaPriGisKali di Unit Pastoral Hati Kudus Yesus Sukoharjo.

Oleh : Fransoe
Doc : Fransoe, Ari, Kristi, David

Share:

17 komentar:

  1. Semangat orang muda , Mantap...

    BalasHapus
  2. Proficiat OMK SukaPriGisKali....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih, setelah TEBAR, saatnya Tebar berita, tebar kasih, tebar kebaikan

      Hapus
  3. OMK keren!!
    pantang tepar sebelum kelar~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, karena jadi OMK "Lelah itu Pasti, Semangat itu Harus"

      Hapus
  4. SukaPriGisKali Hok aaa Hok eee ^^

    BalasHapus
  5. Aku ga ikut Aja semangat 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itulah Tebar, menebar semangat Orang Muda Katolik, bahkan yang ngga ikut jadi ikutan semangat

      Hapus
  6. Minta izin Mas, berita ini rm dikirimkan redaksi Nuntius. Bisa mas Didik kirim foto2 ke email redaksi Nuntius nuntius2005@gmail.com?

    BalasHapus