Empat hari setelah kegiatan Temu Akbar OMK SukaPriGisKali 2018 selesai diselenggarakan, OMK Paroki Kalirejo sudah bersiap untuk berkegiatan lagi walaupun dalam kondisi badan yang belum pulih dari rasa lelah. Dengan semangat yang ada teman-teman OMK Paroki Kalirejo siap membantu kegiatan Kemah Remaka. Kemah Remaka adalah program tahunan Paroki Kalirejo untuk memfasilitasi anak-anak BIA-BIR yang berada di wilayah Paroki Kalirejo untuk berdinamika bersama. Tahun ini Kemah Remaka dilaksanakan selama tiga hari, yakni pada tanggal 6-8 Juli 2018 di stasi Santo Thomas Sriwaylangsep dengan mengusung tema "Panggilanku Bertumbuh Dalam Keluarga Untuk Melayani Allah".
Dalam kegiatan ini, OMK bertugas untuk mengatur jalannya acara selama kegiatan berlangsung. Sudah dari beberapa waktu sebelumnya, di sela-sela kesibukan OMK dalam mempersiapkan TEBAR 2018, panitia lokal bersama OMK mengadakan rapat untuk mempersiapkan Kemah Remaka ini. Berbekal keyakinan dan semangat yang kuat, orang muda yakin mampu melaksanakan tugas dengan baik meskipun waktu yang ada sangat mepet.
Sehari sebelum Kemah Remaka diselenggarakan, OMK Paroki melakukan koordinasi singkat untuk memeriksa dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan selama kemah berlangsung. Selain OMK yang menjadi panitia dalam Kemah Remaka ini, di lokasi perkemahan terlihat beberapa perwakilan kontingen datang lebih awal untuk mendirikan tenda. Ini adalah salah satu wujud antusiasme yang sangat baik dari para peserta Kemah Remaka. Mereka mendirikan tenda lebih awal agar pada hari pelaksanaan adik-adik BIA-BIR lebih leluasa untuk mengikuti acara yang sudah dijadwalkan sebelumnya.
Kegiatan Kemah Remaka diikuti oleh sekitar 325 peserta, belum termasuk pendamping yang berasal dari berbagai stasi yang ada di Paroki Kalirejo dan Unit Pastoral Sukoharjo. Data yang didapat dari meja sekretariat, tercatat ada 9 stasi dari wilayah rayon utara, 9 stasi dari wilayah rayon tengah dan 4 stasi dari Unit Pastoral Sukoharjo yang hadir untuk memeriahkan Kemah Remaka tahun ini.
Pada hari pertama, yakni pada tanggal 6 Juli 2018, sebagian kontingen yang belum mendirikan tenda ada hari sebelumnya sibuk mendirikan tenda dibantu oleh para pendampingnya. Pendirian tenda berjalan cepat, sehingga tengah semua tenda sudah berdiri di area perkemahan pada pukul 12.00 WIB. Ada perubahan jadwal pada sore itu, jadwal misa pembukaan harus bertukar tempat dengan jadwal MCK. Hal itu dilakukan dengan berbagai pertimbangan dari pihak panitia. Jadwal misa pembukaan yang semula diadakan pukul 15.00 harus mundur menjadi pukul 16.00 WIB. Hal itu tidak mengacaukan jalannya kegiatan berikutnya, namun semakin membuat kegiatan berjalan efektif.
Misa pembukaan dipimpin oleh RD. Andreas Basuki Wagiman bersama RD. Joss Slamet Santoso dan RD. Ian Bagas Brahmantyo. Dalam kotbahnya Romo Basuki bertanya, "sudah makan?”, semua menjawab "sudah", lalu kembali bertanya, "sudah kenyang?", lalu semua kembali menjawab "Sudah". Kemudian beliau melanjutkan, "kita semua belum kenyang hanya dengan menyantap makanan, kita semua baru akan kenyang ketika menyantap santapan rohani yaitu Firman Allah". Beliau kembali bertanya, "Ada yang sakit?” serentak menjawab "Tidak", beliau melanjutkan, "secara fisik kita tidak terlihat sakit, namun kita semua di sini adalah orang sakit, sebab bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit", demikian tertulis "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" (Matius 9:13).
Setelah misa pembukaan selesai, peserta diajak untuk santap malam sebelum melanjutkan kegiatan selanjutnya. Kegiatan pada malam itu adalah lomba paduan suara. Peserta yang akan mengikuti lomba sudah mulai bersiap-siap. Tepat pukul 19.00 WIB, lomba paduan suara pun dimulai. Meskipun tidak semua kontingen mengirimkan utusan untuk mengikuti lomba paduan suara malam itu, antusiasme peserta menunjukkan semangat mereka untuk mewakili stasi masing-masing. Ada yang cukup menarik dari beberapa kontingen yang mengikuti lomba paduan suara malam itu, adik-adik BIA-BIR dari stasi Bandarsari dengan percaya diri naik panggung dengan hanya lima personil saja. Bukti bahwa jumlah tidak berarti dalam hal ini, kita harus melihat dari sudut pandang lain. Keberanian adik-adik BIA-BIR ini layak diacungi jempol, kakak OMK belum tentu punya nyali sebesar itu lho, jangan malu belajar dari adik-adik BIA-BIR, ya.
Setelah usai lomba paduan suara, para juri yang terdiri dari Romo Bagas, Mas Yohanes Kurnianto, dan Pak Bakdo memberikan sedikit masukan tentang lomba paduan suara yang baru saja selesai. Ini semua bertujuan agar generasi selanjutnya bisa menjadi generasi penerus yang lebih baik dalam melayani Allah dalam gereja sebagai petugas koor. Usai memberikan masukan lalu kegiatan hari pertama ditutup dengan doa malam dengan berkat dari Romo Bagas untuk mengantar semua peserta beristirahat malam itu.
Pagi hari memasuki hari kedua, peserta bangun pagi-pagi untuk senam pagi. Dinginnya udara pagi itu tidak mengurungkan semangat adik-adik BIA-BIR untuk mengikuti senam pagi. Justru dengan senam pagi bisa menghangatkan badan mereka, begitu alasan mereka. Hingga matahari mulai terbit pagi itu para peserta kembali melanjutkan kegiatan dan segera sarapan pagi. Pukul 09.00 WIB, kegiatan selanjutnya, yaitu lomba Mazmur dan lomba Lektor serta Lomba Cepat Tepat (LCT) dilaksanakan. Lomba Mazmur dan lektor dilaksanakan di tempat yang sama, yakni di dalam gereja. Sementara, Lomba Cepat Tepat dilaksanakan di Balai Kampung Sriwaylangsep. Antusiasme peserta baik yang ikut lomba maupun para pendukung kontestannya sama-sama kuatnya, hal ini membuat jalannya lomba semakin menarik. Perlombaan selesai sekitar pukul 11.30 WIB dan dilanjutkan dengan makan siang.
Setelah makan siang, panitia dari OMK Paroki kembali sibuk membagi posisi untuk menempati pos outbound yang sudah disiapkan sebelumnya. Dari tenda utama peserta dibagi menjadi beberapa kelompok secara acak sesuai nama santo dan santa yang ada pada tanda pengenalnya. Pengelompokan secara acak ini bertujuan agar peserta dari satu stasi dengan stasi yang lain bisa saling mengenal. Jadi, selama kegiatan berlangsung peserta tidak hanya menggerombol dengan teman-teman dari satu stasinya saja.
Selanjutnya, kelompok demi kelompok mulai menuju pos outbound yang sudah disiapkan. Permainan demi permainan yang dipandu oleh kakak OMK dikemas dalam permainan ringan namun seru. Dalam setiap permainan, peserta diajak untuk bisa bekerja sama, berkomunikasi, dan saling membantu serta peduli satu sama lain. Hal tersebut bertujuan untuk semakin mengakrabkan pertemanan peserta. Ada lima pos yang harus dilalui para peserta, namun semua pos mereka lalui tanpa sedikit pun terlihat kelelahan, salut buat semangat adik-adik.
Menjelang sore hari, semua peserta sudah bersiap untuk membersihkan diri dan menikmati santap malam. Usai santap malam, pada pukul 19.00, mereka kembali berkumpul di tenda utama. Dari raut muka yang terlihat mereka sedang menunggu sesuatu. Dan tidak salah, rupanya adik-adik BIA-BIR ini sudah tidak sabar menunggu pentas seni yang akan ditampilkan oleh teman-temannya. Pentas seni yang dilombakan malam itu cukup bervariasi. Ada yang menampilkan seni tari tradisional, modern dance, seni musik dan banyak lagi yang ditampilkan malam itu. Tidak sedikit dari peserta yang tampil menimbulkan gelak tawa. Baik peserta maupun penonton pada malam itu larut dalam suasana gembira. Tidak hanya peserta Kemah Remaka, ada juga masyarakat sekitar yang datang untuk ikut menonton perlombaan malam itu sehingga memenuhi panggung dan tenda utama sampai acara selesai.
Malam puncak pun ditutup dengan doa malam dan renungan oleh Romo Bagas. Para peserta larut dalam keheningan doa di antara gelapnya area tenda utama yang hanya diterangi lilin. Saat doa malam, peserta diminta untuk menyalakan lilin satu persatu hingga terang cahaya yang menjadi simbol semangat itu menerangi area tenda utama. Lilin-lilin yang anak-anak BIA-BIR bawa ini diharapkan dapat menjadi simbol semangat anak-anak BIA-BIR untuk terus melangkah ke depan dan menjadi generasi penerus gereja dalam melayani Allah. Selesai doa dan renungan seluruh peserta mendapat berkat dari Romo Bagas, sekaligus pengantar istirahat panjang untuk kegiatan di hari ketiga.
Hari ketiga. Waktu cepat sekali berjalan, istirahat malam itu dirasa kurang panjang. Di pagi hari, panitia dari OMK Paroki Kalirejo mulai membangunkan adik-adik BIA-BIR untuk memulai pagi dengan jalan sehat. Tidak hanya jalan-jalan biar sehat, panitia maupun peserta diberi bekal karung yang bisa digunakan untuk membersihkan sampah yang berserakan di pinggir jalan di sekitar lokasi perkemahan. Pukul 06.00 WIB, panitia dan peserta mulai berjalan perlahan sambil memunguti sampah yang ditemui di pinggir jalan. Tidak sedikit peserta yang rela masuk ke selokan untuk memungut sampah yang ada di dalam selokan. Meski jalan yang ditempuh tidak terlalu jauh dan tidak membutuhkan waktu yang lama, namun beberapa kantong yang dibawa sudah terisi cukup banyak sampah. Usai jalan sehat dan mengumpulkan sampah, peserta diberikan waktu untuk mandi dan sarapan pagi.
Sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat, pukul 08.00 WIB peserta kembali berkumpul di tenda utama untuk mengikuti sesi materi yang diberikan oleh Romo Bagas. Dalam sesi ini, peserta baik yang sudah aktif sebagai misdinar atau belum diajak untuk mengenal peralatan misa, baik nama dan fungsinya. Selain itu, peserta juga diajak untuk mengenal busana liturgis dan warna-warna liturgi, dengan demikian peserta bisa mengerti warna apa dan kapan harus digunakan. Tak hanya itu, Romo Bagas juga mengajak peserta untuk mengenal Santo Tarsisius. Santo Tarsisius adalah pelindung pelayan altar (akolit). Santo Tarsisius wafat karena keberaniannya untuk mempertahankan Tubuh Kristus yang dibawa untuk para tawanan Kristiani yang saat itu dilarang di Roma. Dari kisah Santo Tarsisius, adik-adik BIA-BIR maupun Orang Muda Katolik diharapkan bisa ikut meneladani keberanian dan semangat Santo Tarsisius dalam melayani Allah hingga mau mengorbankan diri untuk Kristus.
Berakhirnya sesi materi membawa peserta untuk menuju acara terakhir dalam Kemah Remaka. Kemah Remaka ditutup dengan Misa Kudus yang dipimpin oleh RD. Ian Bagas dan RD. Joss Slamet Santoso. Dalam khotbahnya, Romo Joss mengangkat tema Kemah Remaka dan menceritakan awal mula beliau menjadi Romo. Beliau mengatakan bahwa panggilan yang ia dapat tidak hanya bertumbuh dari keluarga kandungnya, namun dari keluarga kristiani di sekitarnya. Beliau juga berharap agar nantinya ada benih-benih panggilan untuk melayani Allah, entah sebagai romo, suster, bruder, ataupun panggilan sebagai awam yang mau melayani Allah. Dalam misa penutup ini, Romo Bagas juga sekaligus berpamitan kepada umat, OMK dan BIA-BIR karena seminggu setelah acara tersebut beliau akan pindah tugas di Paroki Pringsewu. Seluruh rangkaian acara ditutup dengan berkat penutup dan pengumuman pemenang lomba.
Oleh : Fransoe
Editor : Patrisia 'Sisi'
Doc : Fransoe
0 komentar:
Posting Komentar